Teringat pada suatu kejadian yang tidak ingin terjadi kembali untuk kedua kalinya, dimana pada saat itu aku sedang berjuang untuk mendapatkan pekerjaan yang telah ku idam-idamkan. Aku ingat betul pada saat itu adalah hari sabtu, hari dimana aku sedang mengikuti tes masuk sebuah perusahaan perbankan BUMN. Pada saat itu pula, aku merasakan sakit perut yang sudah berulang kali kambuh semenjak 1 bulan yang lalu.
Tapi sakit itu pun tak membuat semangatku surut untuk mengikuti tes yang diadakan pada saat weekend. Tes saat itu dimulai jam 8 dan berakhir jam 3 untuk melihat pengumuman, disaat itulah aku sudah kuat lagi menahan sakitnya sehingga aku memutuskan untuk langsung pulang untuk istirahat karena pada hari minggu aku masih ada tes lanjutan untuk tes kesehatan. Sesampainya aku dirumah pun, aku tidak dapat istirahat dengan tenang karena aku masih merasakan sakit dan mual yang tak tertahankan. Akhirnya, malam itu juga mama memutuskan untuk membawa aku ke RS yang berbeda dengan sebelumnya. Disana aku langsung dibawa ke IGD untuk mendapatkan penanganan yang sesuai dengan penyakitku.
Pada saat itu jam sudah menunjukkan pukul 10:00 malam tapi suasana di IGD tidak terlihat sepi bahkan aku sempat menunggu sekitar 15 menit untuk dapat diperiksa oleh dokter jaga. Setelah dokter datang untuk memeriksa dan melakukan wawancara mengenai apa yang aku rasakan. Dokter IGD pun mengambil keputusan untuk aku tetap tinggal di RS agar bisa diobservasi lebih lanjut karena menurut dokter tersebut obat yang aku minum itu sudah sangat paten jadi seharusnya dengan obat tersebut sakitku itu sudah bisa sembuh.
Prosogan FD |
Inpepsa |
Aku sudah meminum kedua obat tersebut selama 1 bulan tapi tidak pernah ada perubahan yang signifikan dan selalu saja sakitnya kambuh ditempat yang sama. Tanpa berpikir panjang mama pun menyetujui keputusan dokter untuk aku dirawat di RS tersebut. Dokter jaga pun menyiapkan semua kebutuhan administrasinya agar aku bisa mendapatkan kamar yang sesuai dengan kelas yang sudah ditentukan oleh perusahaan mama bekerja.
Btw, Mamaku adalah pensiunan salah satu perusahaan BUMN yang cukup ternama dan aku sangat bersyukur pada saat aku sakit pun kami tidak mengeluarkan biaya sepeserpun karena semua telah ditanggung oleh perusahaan tempat beliau bekerja dulu. Pengobatanku di cover hingga aku umur 24 tahun jadi mama cukup tenang dan tidak perlu memikirkan biaya RS yang sangat mahal.
Berhubung ini adalah pertama kalinya aku opname di RS ini jadi pada saat mama mengurus administrasi, kami diberikan 2 rekomendasi dokter yang akan merawatku selama di RS. Pertama dr. Teddy Tjahjanto dan Kedua dr. Sin Hariyanto Budiarta. Akhirnya, mama memilih dokter Sin untuk menangani penyakitku ini dengan pertimbangan dokter Sin mulai praktek jam 6 sore jadi kami tidak terlalu malam sampai rumah dan kami punya pengalaman yang kurang menyenangkan dengan dr. Teddy, pada saat aku SMA pernah sekali berobat ke dr. Teddy tapi mulai praktek jam 12 malam dan aku baru mendapatkan aku baru mendapatkan giliran sekitar jam 2 pagi dan kami sampai rumah sudah jam 4 pagi ketika itu karena rumah kami masih di Bekasi.
Setelah pengurusan administrasi selesai, aku pun tidak langsung dipindahkan ke ruangan rawat inap tapi harus menunggu sekitar 30 menit cukup lama untuk pelayanan di IGD tapi ya mau bagaimana lagi karena RS ini adalah salah satu rumah sakit rujukan dari kantor mamaku dan rumah sakit ini juga memiliki dokter yang cukup bagus. Sekitar jam 1 malam aku baru dipindahkan ke ruang rawat inap dan disana langsung disambut dengan suster yang bertanya mengenai keluhan penyakitku, tinggi badan, berat badan, di tensi ulang, penjelasan mengenai tata tertib rumah sakit dan penjelasan mengenai cara-cara cuci tangan yang baik dan benar.
Aku pun menghiraukan semua instruksi yang suster jelaskan karena aku sedang merasakan sakit dan sudah sangat mengantuk. Oiya, di RS ini aku mendapatkan kelas 1 dengan kamar berisikan 2 bed tempat tidur, TV, lemari dan kursi untuk penjaga serta kamar mandi dalam. Tidak terlalu besar memang tapi yang terpenting kamar mandinya cukup bersih dan tidak bau.
Hari Minggu, dimana ini adalah hari pertama nginep di RS, aku bener-bener tidak bisa tidur karena masih merasakan perutku yang tidak enak dan mual. Makanan yang disajikan di RS pun tidak aku habiskan karena eneg dan terasa kenyang. Di RS, kerjaanku hanya makan, minum, nonton dan tidur sangat membosankan menjalani hari-hari seperti ini.
Sedih dan kecewa rasanya karena perjuanganku untuk ikut tes sudah sejauh ini dan seharusnya hari minggu ini aku dapat mengikuti tes kesehatan tapi mungkin Allah punya rencana lain sampai akhirnya aku berada disini. Aku percaya bahwa Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik dari ini. Pada hari itu hanya bisa istigfar dan mencoba menerima dengan ikhlas meskipun cukup berat sebenarnya karena pekerjaan ini adalah pekerjaan yang aku inginkan sejak dulu.
Hari pertama ini, ku lewati dengan cukup berat hingga tanpa terasa kalau ada suster yang datang untuk mengecek tekanan darahku dan sekalian aku bertanya dengan suster " apakah ada dokter yang akan visit hari ini?" suster pun bilang kalau ternyata dr. Sin tidak visit pada hari minggu tapi akan digantikan dengan dokter Wawan rekan satu timnya dr. Sin. Saat visit pun, aku ditanya apa yang masih dirasakan sampai saat ini dan beliau juga menyampaikan kalau besok dr. Sin akan datang untuk visit, itu artinya aku haru menunggu lebih lama lagi untuk ketemu dengan dokter yang menanganiku agar aku bisa mengetahui penyakit apa yang aku derita.
Keesokan harinya dokter utamaku pun datang tapi beliau pun datang hanya sebentar tanpa menjelaskan apapun. Beliau hanya berbicara "Selamat sore, perkenalkan saya dr. Sin yang akan merawat Catur. Sore ini kita mau USG ya untuk lihat penyakitnya". Aku pun hanya diam saja mengangguk dan dr. Sin pun langsung keluar ruangan. First impression terhadap dokterku, aah biasa aja ya seperti dokter yang lainnya hanya orangnya cukup gesit.
Sekitar jam 6 kurang, aku dibawa ke gedung sebelah untuk di USG menggunakan kursi roda. Fix, ini pertama kalinya aku pakai kursi roda. Agak risih sebenarnya karena banyak sekali orang melihat ke arahku dan aku juga masih beranggapan kalau aku masih kuat untuk jalan seperti biasa tanpa menggunakan kursi roda tapi apa daya karena aku berada di RS jadi aku mengikuti saja prosedur yang ada disana. Sesampainya aku di ruangan dr. Sin lantai 5, aku diminta untuk masuk ke ruangan dan tiduran disana sambil menunggu dokter datang ke ruang USG.
Tak lama aku menunggu, akhirnya dr. Sin pun datang untuk USG. Ini bukan pertama kalinya aku di USG, prosedurnya seperti biasa hanya di minta tiduran lalu perut kita akan diberi gel bening dan setelah itu baru deh di olesin pakai alatnya.
Tidak terlalu banyak obrolan pada saat USG berlangsung hanya seperti biasa aku di minta dokter untuk geser untuk menghadap ke kanan dan pertanyaan mengenai "Catur biasanya dipanggil apa?". Aku hanya diam tidak menanggapi mungkin karena udah kelaperan kali ya hehehe maklum kalau mau USG harus puasa dan akhirnya mama yang jawab "Biasanya dipanggil Anti dok". Langsung dokter pun menyuruhku untuk menghadap ke arahnya dan setelahnya aku melihat ada ekspresi aneh yang dikeluarkan oleh dr. Sin.
Ekspresi tersebut membuat diriku bertanya-tanya sebenarnya ada apa diperutku dan apa yang sudah dokter temukan. Tidak lama setelahnya dokterku pun bertanya sama aku "Dek, pinggang kamu suka sakit gak? Dan kalau buang air kecil keluarnya lama gak?". Aku semakin bingung karena menurutku, semua biasa aja dan akhirnya aku jawab "kayaknya biasa aja dok". Dokterku pun kembali ke monitor USG nya untuk membandingkan organ sebelah kanan dan kiri ku.
Tak lama kemudian, dr. Sin menjelaskan kalau anatomi saluran kemihku bermasalah bentuknya. Seharusnya anatomi saluran kemih manusia itu bentuknya lurus dan tidak membelok tapi anatomi saluran kemih yang aku punya sedikit membelok dan itu mempengaruhi kerja di ginjalku yang menyebabkan ginjal aku melebar.
Hal ini membutuhkan tindakan operasi tapi yang kusuka dari dokterku ini adalah sebelum beliau mengambil keputusan untuk merujuk ke dokter bedah urologi, beliau akan melakukan beberapa pengecekan kembali dengan CT scan dengan menggunakan kontras.
Setelah pemeriksaan ini, beliau langsung mengirimkan surat meminta persetujuan ke kantor mama untuk bisa dilakukan CT Scan dengan menggunakan kontras. Akhirnya 2 hari kemudian permintaan itu telah disetujui oleh kantor mama dan pemeriksaan dapat dilakukan keesokan harinya.
Sebelum melakukan CT scan ada beberapa hal yang harus aku lakukan. Seperti banyak minum air putih dan aku harus minum obat urus-urus yang super tidak enak rasanya agar usiaku bersih. Setelah ku minum obat itu, perutku terasa sangat mules sekali dan aku mulai bab terus sampai aku lemas.
Sehabis dhuzur aku pun di bawa ke bawah untuk melakukan CT scan. Ini adalah pemeriksaan CT scan pertamaku. Hal ini membuat ku agak ngeri-ngeri sedap hehehe dan banyak sekali pikiran-pikiran aneh yang muncul dibenak ku.
Tapi ternyata tidak seburuk yang kuduga hehe. Aku hanya di minta untuk tiduran di alat tersebut dan menaruh tanganku ke atas serta aku diminta untuk mengikuti semua instruksi yang akan diberikan selama pemeriksaan berlangsung. Pemeriksaan ini tidak membutuhkan waktu yang lama, mungkin hanya sekitar 15 menitan setelah itu aku boleh kembali ke kamar dan suster bilang kalau hasilnya pun jadi hari ini juga.
Sambil menunggu sore, waktuku dihabiskan untuk tidur dan menonton tv
saja serta membuka hp untuk main games karena berharap waktu cepat berjalan agar aku bisa tahu hasilnya pemeriksaan yang tadi telah ku jalani.
Taku itu pasti karena sebisa mungkin aku menghindari operasi. Entah kenapa mendengar kata-kata operasi itu membuat aku trauma. Sebelumnya aku sudah pernah melakukannya tepat seminggu setelah eyangku tiada dan aku tak ingin itu terjadi kembali.
Jam sudah menunjukkan pukul 17. 25 itu artinya sebentar lagi dokterku akan visit. Mulailah aku jantung ku berdegup kencang karena menanti hasil pemeriksaan tadi siang.
Tepat jam 17.30 dokter aku datang. Beliau menanyakan bagaimana keadaan ku hari ini dan menanyakan apakah pinggang saya sering sakit. Sekali lagi saya jawab "mungkin kalau sakit sih nggak dok cuma kayak pegel aja tapi ya nggak dirasakan banget dan aku cuma beranggapan kalau itu paling karena kecapekan". Lalu mulailah dr. Sin menjelaskan hasil pemeriksaan tadi siang.
Dr. Sin: "Bu, ini bener ternyata anatomi saluran kemih Anti bermasalah karena dilihat dari CT scannya pun sama kalau salurannya itu berbelok tidak lurus dan ini harus ada tindakan operasi. Saya akan rujuk Anti ke dokter bedah urologi".
'Memang gak ada jalan lain selain operasi dok?" Mama berkata dengan nada yang lemas.
Sambil meyakinkan mama kembali, dr. Sin berbicara "Tidak ada Bu, memang ini harus dioperasi. Ya, ini saya rujuk dulu ke urologi nanti biarkan dokter urologi yang menjelaskan lebih detail kalau memang ibu masih belum percaya karena saya tidak akan menyuruh pasien untuk operasi jika memang pasien tersebut tidak membutuhkan tindakan".
Akhirnya mama menjelaskan kembali ke dr. Sin dan meminta waktu untuk menjelaskan hal ini ke keluarga besarnya. Setelah percakapan itu berakhirnya, dr. Sin pamit untuk kembali visit ke pasien lainnya.
Sedangkan aku, aku kembali terdiam dan hanya bisa diam mendengarkan percakapan tadi. 2 hari kemudian permintaan rujukan pun di approve oleh kantor mama. Aku ingat betul pada saat itu, pakde (re: kakak laki-laki mama) datang untuk menjengukku dan disaat yang bersamaan pula dokter Urologiku visit. Nama dokter urologi ku adalah DR. dr. Johanes Cansius Prihadi, kesan pertama kali ku ketemu benar-benar diluar dugaan. Ternyata dokter ini super baik dan humble, aku jarang sekali menemukan dokter seperti ini. Beliau juga menjelaskan penyakitku secara terperinci dan jelas sampai-sampai beliau menggambarkan di atas kertas bagaimana letak anatomi saluran kemih yang bermasalah dan beliau juga menjelaskan dampak apa saja yang akan terjadi jika memang tidak dilakukan tindakan.
Langsung pada saat itu juga Pakde ku mengambil keputusan untuk aku bisa segera dilakukan tindakan, tentu saja Pakdeku mengambil keputusan tersebut untuk menghindari dampak yang lebih besar terhadap ginjal yang ku punya. Sebenarnya bisa saja aku tidak melaksanakan operasi tersebut, bisa dengan cara lain yaitu saluran kemihku ditanami alat agar bisa seperti posisi normal namun aku harus menggantinya setiap 6 bulan sekali dan aku pikir ini cukup merepotkan kalau setiap 6 bulan sekali aku harus mengganti alat tersebut. akhirnya, ku hanya bisa menerima keputusan yang menurut dokter terbaik untuk aku.
Keesokan harinya persiapan operasi pun mulai dijalankan dari aku menandatangani dokumen, rontgen, cek darah, puasa, mencukur bulu kemaluan serta aku diharuskan minum obat pembersih usus karena operasi akan dilaksanakan lusa. Pada saat persiapan itu, aku masih belum merasakan takut atau pun resah tapi yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya ini dapat berjalan dengan cepat dan saya dapat kembali beraktivitas.
Hari yang kutunggu akhirnya datang juga, hari dimana aku akan melaksanakan operasi. Operasi ku akan dilaksanakan pada jam 7 malam, pertama kalinya ku melaksanakan operasi pada malam hari. Saat Hari itu tiba, semua keluarga mama datang ke RS untuk menemani ku operasi. tepat pada jam 18.15 aku sudah mulai dibawa oleh suster ke ruangan operasi. Pada saat aku dibawa menggunakan bed ke ruang operasi , aku belum merasakan takut tapi ketika sudah berada didalam lift aku mulai mengalami kepanikan. Aku diantar ke kamar operasi oleh mama, pakdeku dan om, mereka semua menemaniku hingga berada tepat di depan ruangan operasi aku baru merasakan ketakutan yang luar biasa seakan aku mengingat lagi kenangan pada saat ku pertama kali melakukan operasi.
Saat dibawa kedalam, mama pun masih terus mendampingiku disamping. Tak lupa mama selalu bilang untuk terus tetap mengingat Allah agar operasiku berjalan dengan lancar. Sekitar jam 18.30 dokter urologiku pun datang dan beliau menghampiriku dengan bilang "sudah siapkan? sudah tidak apa-apa kok jadi tidak usah nangis". Beliau pun mencoba untuk menenangkan ku dengan guyonan-guyonannya. Setelah itu, beliau ijin untuk makan terlebih dahulu sebelum melakukan operasi dan tak terasa tepat jam 7 malam dokter Anastesiku pun mulai memasukan obat bius ke dalam selang infusku dan mulailah aku dibawa ke kamar operasi yang sesungguhnya.
Saat bedku mulai didorong, aku pun mulai menangis dan perasaan takutku pun semakin menjadi. Pada saat kejadian itu, aku kembali lagi seperti anak kecil yang memanggil-manggil mama untuk tetap menemaniku didalam kamar operasi itu dan akhirnya mama, ikut menangis juga karena tak kuasa melihatku ketakutan. Tapi beliau tidak dapat melakukan apapun karena tetap saja mama tidak bisa masuk dan hanya bisa menunggu diruang tunggu lantai 3. Hampir setengah perjalan masuk ke kamar operasi, aku sudah mulai mengantuk dan mulai tertidur sehingga aku tak lagi ingat apapun.
Operasi ini termasuk operasi besar yang memakan waktu cukup lama sekitar kurang lebih 3 jam. Disaat operasi berlangsung pun, mama hanya bisa berdoa dan menangis karena melihat anaknya sudah menjalankan operasi untuk kedua kalinya. Operasi pun berakhir jam 10 malam dan pada saat itu, aku tidak langsung sadarkan diri tapi aku masih terus di observasi hingga keadaanku cukup stabil. sekitar jam 3 pagi pun aku mulai sadar dan dikembalikan ke kamarku sebelumnya. Melihat sudah berada di kamar, aku langsung memanggil mama.
Pasca operasi, aku benar-benar tidak bisa bergerak sama sekali karena pengaruh obat biusku. Selain itu, aku menggunakan selang kateter untuk buang air kecil dan sebelah kiriku menggunakan selang kateter untuk membuang darah kotor yang masih tersisa pasca operasi. Selama aku di kamar perawatan, aku juga dipasang alat untuk mengontrol tekanan darah. Hal ini sama sekali tidak membuatku nyaman dan aku tidak bisa tidur hingga pagi karena sedikit mulai merasakan sakit.
Beberapa hari pasca operasi, aku mulai belajar membalikkan badan ke kanan dan ke kirim. Meskipun memang agak sakit dan masih ada selang yang mengganjal di tubuhku tapi aku harus tetap berusaha agar aku bisa cepat pulang ke rumah dan selain itu juga aku mulai belajar untuk duduk. Memang tidak mudah karena masih terasa pusing ketika duduk,mungkin karena efek dari kebanyakan tidur. Jadi, ketika ku mencoba untuk bangun dari tempat tidur sedikit kliyengan dan mudah sekali lelah.
Sekitar seminggu aku melakukan pemulihan dan selang untuk membuang darah pun sudah dilepas. Akhirnya aku mendapatkan izin pulang oleh dokter urologiku. Yeay, I'm coming home after 2 weeks in hospital. Rasanya seneng banget bisa pulang dan mulai melakukan aktivitas kembali tapi dengan catatan sekitar 2 bulan lagi aku harus kembali untuk opname kembali untuk melepas alat yang ada di saluran kemihku. Aku sangat bersyukur masih di sayang oleh Allah SWT untuk dapat lebih mendekatkan diri denganNYA dan aku juga bersyukur karena Allah telah melancarkan operasi ku yang cukup memakan waktu yang lama.
Cerita ini hanya untuk mengenang perjalan penyakit yang telah ku derita pada tahun 2015. Dari sini aku mendapatkan pelajaran untuk dapat lebih peka lagi terhadap badanku sendiri sehingga aku bisa mengantisipasinya agar tidak keterlanjuran.
Sekitar jam 6 kurang, aku dibawa ke gedung sebelah untuk di USG menggunakan kursi roda. Fix, ini pertama kalinya aku pakai kursi roda. Agak risih sebenarnya karena banyak sekali orang melihat ke arahku dan aku juga masih beranggapan kalau aku masih kuat untuk jalan seperti biasa tanpa menggunakan kursi roda tapi apa daya karena aku berada di RS jadi aku mengikuti saja prosedur yang ada disana. Sesampainya aku di ruangan dr. Sin lantai 5, aku diminta untuk masuk ke ruangan dan tiduran disana sambil menunggu dokter datang ke ruang USG.
Tak lama aku menunggu, akhirnya dr. Sin pun datang untuk USG. Ini bukan pertama kalinya aku di USG, prosedurnya seperti biasa hanya di minta tiduran lalu perut kita akan diberi gel bening dan setelah itu baru deh di olesin pakai alatnya.
Tidak terlalu banyak obrolan pada saat USG berlangsung hanya seperti biasa aku di minta dokter untuk geser untuk menghadap ke kanan dan pertanyaan mengenai "Catur biasanya dipanggil apa?". Aku hanya diam tidak menanggapi mungkin karena udah kelaperan kali ya hehehe maklum kalau mau USG harus puasa dan akhirnya mama yang jawab "Biasanya dipanggil Anti dok". Langsung dokter pun menyuruhku untuk menghadap ke arahnya dan setelahnya aku melihat ada ekspresi aneh yang dikeluarkan oleh dr. Sin.
Ekspresi tersebut membuat diriku bertanya-tanya sebenarnya ada apa diperutku dan apa yang sudah dokter temukan. Tidak lama setelahnya dokterku pun bertanya sama aku "Dek, pinggang kamu suka sakit gak? Dan kalau buang air kecil keluarnya lama gak?". Aku semakin bingung karena menurutku, semua biasa aja dan akhirnya aku jawab "kayaknya biasa aja dok". Dokterku pun kembali ke monitor USG nya untuk membandingkan organ sebelah kanan dan kiri ku.
Tak lama kemudian, dr. Sin menjelaskan kalau anatomi saluran kemihku bermasalah bentuknya. Seharusnya anatomi saluran kemih manusia itu bentuknya lurus dan tidak membelok tapi anatomi saluran kemih yang aku punya sedikit membelok dan itu mempengaruhi kerja di ginjalku yang menyebabkan ginjal aku melebar.
Hal ini membutuhkan tindakan operasi tapi yang kusuka dari dokterku ini adalah sebelum beliau mengambil keputusan untuk merujuk ke dokter bedah urologi, beliau akan melakukan beberapa pengecekan kembali dengan CT scan dengan menggunakan kontras.
Setelah pemeriksaan ini, beliau langsung mengirimkan surat meminta persetujuan ke kantor mama untuk bisa dilakukan CT Scan dengan menggunakan kontras. Akhirnya 2 hari kemudian permintaan itu telah disetujui oleh kantor mama dan pemeriksaan dapat dilakukan keesokan harinya.
Sebelum melakukan CT scan ada beberapa hal yang harus aku lakukan. Seperti banyak minum air putih dan aku harus minum obat urus-urus yang super tidak enak rasanya agar usiaku bersih. Setelah ku minum obat itu, perutku terasa sangat mules sekali dan aku mulai bab terus sampai aku lemas.
Sehabis dhuzur aku pun di bawa ke bawah untuk melakukan CT scan. Ini adalah pemeriksaan CT scan pertamaku. Hal ini membuat ku agak ngeri-ngeri sedap hehehe dan banyak sekali pikiran-pikiran aneh yang muncul dibenak ku.
Tapi ternyata tidak seburuk yang kuduga hehe. Aku hanya di minta untuk tiduran di alat tersebut dan menaruh tanganku ke atas serta aku diminta untuk mengikuti semua instruksi yang akan diberikan selama pemeriksaan berlangsung. Pemeriksaan ini tidak membutuhkan waktu yang lama, mungkin hanya sekitar 15 menitan setelah itu aku boleh kembali ke kamar dan suster bilang kalau hasilnya pun jadi hari ini juga.
Sambil menunggu sore, waktuku dihabiskan untuk tidur dan menonton tv
saja serta membuka hp untuk main games karena berharap waktu cepat berjalan agar aku bisa tahu hasilnya pemeriksaan yang tadi telah ku jalani.
Taku itu pasti karena sebisa mungkin aku menghindari operasi. Entah kenapa mendengar kata-kata operasi itu membuat aku trauma. Sebelumnya aku sudah pernah melakukannya tepat seminggu setelah eyangku tiada dan aku tak ingin itu terjadi kembali.
Jam sudah menunjukkan pukul 17. 25 itu artinya sebentar lagi dokterku akan visit. Mulailah aku jantung ku berdegup kencang karena menanti hasil pemeriksaan tadi siang.
Tepat jam 17.30 dokter aku datang. Beliau menanyakan bagaimana keadaan ku hari ini dan menanyakan apakah pinggang saya sering sakit. Sekali lagi saya jawab "mungkin kalau sakit sih nggak dok cuma kayak pegel aja tapi ya nggak dirasakan banget dan aku cuma beranggapan kalau itu paling karena kecapekan". Lalu mulailah dr. Sin menjelaskan hasil pemeriksaan tadi siang.
Dr. Sin: "Bu, ini bener ternyata anatomi saluran kemih Anti bermasalah karena dilihat dari CT scannya pun sama kalau salurannya itu berbelok tidak lurus dan ini harus ada tindakan operasi. Saya akan rujuk Anti ke dokter bedah urologi".
'Memang gak ada jalan lain selain operasi dok?" Mama berkata dengan nada yang lemas.
Sambil meyakinkan mama kembali, dr. Sin berbicara "Tidak ada Bu, memang ini harus dioperasi. Ya, ini saya rujuk dulu ke urologi nanti biarkan dokter urologi yang menjelaskan lebih detail kalau memang ibu masih belum percaya karena saya tidak akan menyuruh pasien untuk operasi jika memang pasien tersebut tidak membutuhkan tindakan".
Akhirnya mama menjelaskan kembali ke dr. Sin dan meminta waktu untuk menjelaskan hal ini ke keluarga besarnya. Setelah percakapan itu berakhirnya, dr. Sin pamit untuk kembali visit ke pasien lainnya.
Sedangkan aku, aku kembali terdiam dan hanya bisa diam mendengarkan percakapan tadi. 2 hari kemudian permintaan rujukan pun di approve oleh kantor mama. Aku ingat betul pada saat itu, pakde (re: kakak laki-laki mama) datang untuk menjengukku dan disaat yang bersamaan pula dokter Urologiku visit. Nama dokter urologi ku adalah DR. dr. Johanes Cansius Prihadi, kesan pertama kali ku ketemu benar-benar diluar dugaan. Ternyata dokter ini super baik dan humble, aku jarang sekali menemukan dokter seperti ini. Beliau juga menjelaskan penyakitku secara terperinci dan jelas sampai-sampai beliau menggambarkan di atas kertas bagaimana letak anatomi saluran kemih yang bermasalah dan beliau juga menjelaskan dampak apa saja yang akan terjadi jika memang tidak dilakukan tindakan.
Langsung pada saat itu juga Pakde ku mengambil keputusan untuk aku bisa segera dilakukan tindakan, tentu saja Pakdeku mengambil keputusan tersebut untuk menghindari dampak yang lebih besar terhadap ginjal yang ku punya. Sebenarnya bisa saja aku tidak melaksanakan operasi tersebut, bisa dengan cara lain yaitu saluran kemihku ditanami alat agar bisa seperti posisi normal namun aku harus menggantinya setiap 6 bulan sekali dan aku pikir ini cukup merepotkan kalau setiap 6 bulan sekali aku harus mengganti alat tersebut. akhirnya, ku hanya bisa menerima keputusan yang menurut dokter terbaik untuk aku.
Keesokan harinya persiapan operasi pun mulai dijalankan dari aku menandatangani dokumen, rontgen, cek darah, puasa, mencukur bulu kemaluan serta aku diharuskan minum obat pembersih usus karena operasi akan dilaksanakan lusa. Pada saat persiapan itu, aku masih belum merasakan takut atau pun resah tapi yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya ini dapat berjalan dengan cepat dan saya dapat kembali beraktivitas.
Hari yang kutunggu akhirnya datang juga, hari dimana aku akan melaksanakan operasi. Operasi ku akan dilaksanakan pada jam 7 malam, pertama kalinya ku melaksanakan operasi pada malam hari. Saat Hari itu tiba, semua keluarga mama datang ke RS untuk menemani ku operasi. tepat pada jam 18.15 aku sudah mulai dibawa oleh suster ke ruangan operasi. Pada saat aku dibawa menggunakan bed ke ruang operasi , aku belum merasakan takut tapi ketika sudah berada didalam lift aku mulai mengalami kepanikan. Aku diantar ke kamar operasi oleh mama, pakdeku dan om, mereka semua menemaniku hingga berada tepat di depan ruangan operasi aku baru merasakan ketakutan yang luar biasa seakan aku mengingat lagi kenangan pada saat ku pertama kali melakukan operasi.
Saat dibawa kedalam, mama pun masih terus mendampingiku disamping. Tak lupa mama selalu bilang untuk terus tetap mengingat Allah agar operasiku berjalan dengan lancar. Sekitar jam 18.30 dokter urologiku pun datang dan beliau menghampiriku dengan bilang "sudah siapkan? sudah tidak apa-apa kok jadi tidak usah nangis". Beliau pun mencoba untuk menenangkan ku dengan guyonan-guyonannya. Setelah itu, beliau ijin untuk makan terlebih dahulu sebelum melakukan operasi dan tak terasa tepat jam 7 malam dokter Anastesiku pun mulai memasukan obat bius ke dalam selang infusku dan mulailah aku dibawa ke kamar operasi yang sesungguhnya.
Saat bedku mulai didorong, aku pun mulai menangis dan perasaan takutku pun semakin menjadi. Pada saat kejadian itu, aku kembali lagi seperti anak kecil yang memanggil-manggil mama untuk tetap menemaniku didalam kamar operasi itu dan akhirnya mama, ikut menangis juga karena tak kuasa melihatku ketakutan. Tapi beliau tidak dapat melakukan apapun karena tetap saja mama tidak bisa masuk dan hanya bisa menunggu diruang tunggu lantai 3. Hampir setengah perjalan masuk ke kamar operasi, aku sudah mulai mengantuk dan mulai tertidur sehingga aku tak lagi ingat apapun.
Operasi ini termasuk operasi besar yang memakan waktu cukup lama sekitar kurang lebih 3 jam. Disaat operasi berlangsung pun, mama hanya bisa berdoa dan menangis karena melihat anaknya sudah menjalankan operasi untuk kedua kalinya. Operasi pun berakhir jam 10 malam dan pada saat itu, aku tidak langsung sadarkan diri tapi aku masih terus di observasi hingga keadaanku cukup stabil. sekitar jam 3 pagi pun aku mulai sadar dan dikembalikan ke kamarku sebelumnya. Melihat sudah berada di kamar, aku langsung memanggil mama.
Pasca operasi, aku benar-benar tidak bisa bergerak sama sekali karena pengaruh obat biusku. Selain itu, aku menggunakan selang kateter untuk buang air kecil dan sebelah kiriku menggunakan selang kateter untuk membuang darah kotor yang masih tersisa pasca operasi. Selama aku di kamar perawatan, aku juga dipasang alat untuk mengontrol tekanan darah. Hal ini sama sekali tidak membuatku nyaman dan aku tidak bisa tidur hingga pagi karena sedikit mulai merasakan sakit.
Beberapa hari pasca operasi, aku mulai belajar membalikkan badan ke kanan dan ke kirim. Meskipun memang agak sakit dan masih ada selang yang mengganjal di tubuhku tapi aku harus tetap berusaha agar aku bisa cepat pulang ke rumah dan selain itu juga aku mulai belajar untuk duduk. Memang tidak mudah karena masih terasa pusing ketika duduk,mungkin karena efek dari kebanyakan tidur. Jadi, ketika ku mencoba untuk bangun dari tempat tidur sedikit kliyengan dan mudah sekali lelah.
Sekitar seminggu aku melakukan pemulihan dan selang untuk membuang darah pun sudah dilepas. Akhirnya aku mendapatkan izin pulang oleh dokter urologiku. Yeay, I'm coming home after 2 weeks in hospital. Rasanya seneng banget bisa pulang dan mulai melakukan aktivitas kembali tapi dengan catatan sekitar 2 bulan lagi aku harus kembali untuk opname kembali untuk melepas alat yang ada di saluran kemihku. Aku sangat bersyukur masih di sayang oleh Allah SWT untuk dapat lebih mendekatkan diri denganNYA dan aku juga bersyukur karena Allah telah melancarkan operasi ku yang cukup memakan waktu yang lama.
Cerita ini hanya untuk mengenang perjalan penyakit yang telah ku derita pada tahun 2015. Dari sini aku mendapatkan pelajaran untuk dapat lebih peka lagi terhadap badanku sendiri sehingga aku bisa mengantisipasinya agar tidak keterlanjuran.